Sabtu, 12 Desember 2009

Baligu anni walau ayat................

Menyambut 1 Muharam 1431 H/2009, bagaimana sebaiknya....

Pada malam Ahad 12 Desember 2009, kegiatan rutin ceramah seyogyanya disampaikan oleh Pak Heru Siswanto, namun ybs. tidak hadir, oleh karena itu untuk mengisi ruang publik ini, terlampir sikap kita menyambut 1 Muharam 1431 H dari Redaksi......

Tahun Baru Islam yang diperingati setiap tanggal 1 Muharram atau lebih dikenal dengan 1 Suro tinggal beberapa hari lagi. Tahun Baru Islam yang ditandai dengan hijrahnya Rasulullah SAW dari kota Mekkah yang banyak didiami kaum Quraish ke kota Madinah. Kaum Quraish di kota Mekkah pada saat itu sangat menentang ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW yaitu Islam. Penentangan keras yang dilakukan oleh kaum Quraish yang cenderung menggunakan kekerasan membuat Rasulullah SAW mengambil keputusan untuk hijarah ke kota Madinah tempat penduduk Madinah lebih toleran terhadap kehadiran Rasulullah SAW dan ajaran Islam. Di kota Madinah inilah Rasulullah melakukan syiar Islam dan berkembang dengan pesatnya (yang nantinya Madinah menjadi pusat kegiatan Islam di tanah Arab).

Tulisan ini hanya sekedar berbagi ilmu dan pengalaman untuk merenungkan dan memaknai hijrah dalam kehidupan yang nyata. Disamping itu juga ingin mengajak seluruh umat Islam beramai-ramai merayakan Tahun Baru Islam dengan suasana kebatinan yang Islami. Sungguh ironis melihat bagaimana sebagian besar masyarakat Indonesia yang mayoritas Islam lebih memfokuskan dan melakukan pesta besar-besaran pada saat Tahun Baru Masehi (1 Januari) dibanding Tahun Baru Islam yang lebih banyak hikmahnya lewat perjuangan Rasulullah menyebarkan ajaran Islam yang sangat dimuliakan Allah SWT.

Hijrah artinya pindah, dari hal-hal yang tidak baik menjadi hal-hal yang baik dan pengertiannya bukan hanya sekedar fisik seperti pindah tempat, rumah, kantor atau yang lain. Intinya adalah peningkatan kualitas mulai dari hitungan detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun dan terus-menerus dilakukan dengan landasan istiqomah dan Rahman Rahim.

Apa yang menarik dari setiap kita memasuki tahun baru adalah munculnya kesadaran baru dalam diri kita. Kesadaran akan beberapa hal : Pertama, kesadaran bahwa diakui atau tidak usia kita telah berkurang. Sementara investasi pahala untuk simpanan di akhirat masih sangat tipis, dibanding nikmat-nikmat Allah yang setiap detik selalu mengalir. Tiada putus-putusnya. Dari segi ini saja kita seharusnya merasa malu, di mana kita yang mengaku sebagai hamba Allah tetapi dalam banyak hal orientasi kita menkonsumsi nikmat-nikmat Allah dan lupa bersyukur kepadaNya, bahkan kita sering mengaktualisasaikan diri kita sebagai hamba dunia. Kita masih saja lebih banyak sibuk menginvestasi kepentingan dunia dari pada investasi untuk akhirat.

Dengan datangnya tahun baru ini, semoga semangat untuk membangun kemegahan akhirat lebih kuat dari semangat untuk membangun kemegahan dunia. Kedua, pada tanggal 1 Muharram kita menyaksikan suatu perubahan waktu yang ditandai oleh pergeseran alam, yaitu munculnya bulan sabit tahun baru di ufuk barat. Dari sini kita menyaksikan diri kita berjalan seirama dengan perjalanan segala wujud di alam ini. Allah SWT yang menciptakan semua mahluk, selalu mengajarkan kita agar senantiasa memperhatikan kebesaraNya dengan menyaksikan ketaraturan dan kerapian ciptaanNya di alam semesta ini. Untuk itu kita diajarkan pula agar dalam menjalani ibadah kepadaNya selalu memperhatikan waktu-waktu tertentu yang sejalan dengan perputaran tata surya.

Dalam menjalani shalat misalnya, Allah mengaskan dalam Al-Qur’an agar ditegakkan pada waktu-waktu tertentu (QS. Al-Nisa: 103). Dan kita telah tahu bahwa waktu shalat Dzuhur setelah tergelincir matahari, shalat maghrib, setelah terbenam matahari, shalat subuh setelah terbit fajar dan lain sebagainya. Dalam menjalani puasa Ramadlan, kita juga diajarakan oleh Rasulullah SAW agar memulainya setelah melihat bulan tanggal satu Ramadlan, dan mengakhirinya pun setelah melihat bulan akhir Ramadhan. (HR, Imam Muslim). Ibadah hajipun Allah mengajarkan agar dilaksanakan pada bulan-bulan tertentu,(QS. Al-Baqarah: 197) Syawal, Dzulqa’dah dan dzulhijjah.

Semuanya itu sungguh menunjukkan betapa eratnya aktifitas ibadah kita dengan aktifitas alam. Dari sini terlihat dengan jelas betapa mengikuti tahun hijriyah akan lebih mengakrabkan kita dengan alam, dan otomatis akan lebih mendekatkan kita kepada Allah Sang Pencipta Yang Maha Kuasa. Ketiga, bahwa tahun hijriyah berjalan seirama dengan perjalanan sejarah Rasulullah SAW. Sungguh banyak peristiwa besar dalam sejarah Islam yang hanya terekam dalam bulan-bulan hijriyah. Seperti awal turunnya Al-Qur’an, titik permulaan hijrah, tanggal kemenangan dalam perang Badar dan lain sebagainya. Hari-hari besar Islam, seperti hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, sangat terkait dengan penanggalan hijriyah ini.

Dari sini kita akan lebih banyak belajar pada sejarah untuk membangun masa depan kita. Dalam arti kata lain kita akan menjadi pribadi yang pandai membangun masa depan dengan pijkan masa lampau yang kokoh dan benar. Dan kita dengan langkah ini tidak mengulang kesalahan dan kecelakaan masa lalu. Sebagaimana yang tersebut dalam sebuah riwayat: “Seorang mu’min tidak akan pernah terjerumus dalam jurang yang sama dua kali”. ( HR Muslim) Dengan demikian, adalah kesadaran yang benar jika dalam permualaan tahun baru hijriyah ini, kita umat Islam membangun tekad baru, untuk meningkatkan ketakwaan dan ketaatan kepada Allah, sebagaimana yang baru saja ditegaskan pada awal tulisan ini. Karena hanya dari tekad inilah segala krisis yang pernah kita lalui pada tahun-tahun sebelumnya akan bisa diatasi. Selamat memulai tahun baru hijriyah dan ......selamat membangun masa depan umat ini dengan ketakwaan yang hakiki.......

Tidak ada komentar:

Idul Qurban 2007

Idul Qurban 2007
Pengulitan sapi Qurban, 2007...kaos coklat, Ta'mir Musholla ikut menguliti sapi Qurban....

Kegiatan Idul Qurban 1430 H/2009

Pada Dzulhijjah 1430 H/2009, Musholla Nurul Iman menerima 4 ekor sapi dan 23 ekor kambing dan telah diselesaikan dengan membagikan 1200 bungkus daging kurban kepada warga RW 25, masyarakat sekitar, dan yayasan-yayasan yatim piatu sekitar......

Idul Qurban 1430 H/2009

Idul Qurban 1430 H/2009
Kegiatan Pencacahan daging Qurban 1430 H/2009

Mensyukuri ni'mat Allah

Mensyukuri ni’mat Allah
Sumber: Kitab taubat , sabar, syukur (Imam Al Ghazali)


Mensyukuri nikmat Allah swt,memang perkara sulit. Nyatanya manusia hanya sanggup meleburkan diri dalam hakikat bersyukur sesungguhnya beberapa saat setelah mendapatkan nikmat yg telah di anugerahkan-NYA.Maka inilah yg tidak disadari manusia betapa berlimpahnya rizki dan nikmat yg telah Allah berikan pada kita,tapi betapa sedikitnya ungkapan syukur yg kita curahkan kepada-NYA.

Dalam Al Qur'an surat An -Naml;19;''Tuhanku ,anugerahkanlah aku kemampuan untuk mensyukuri nikmat-MU yg telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua ibu bapaku dan untuk mengerjakan amal shaleh yg Engkau ridhoi,dan masukanlah aku dengan rahmat-MU ke dalam hamba hamba -MU yg shaleh''.

Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya menerangkan:''Bahwa kalimat syukur ''alhamdulillah'' menempati tingkatan tertinggi bila di bandingkan dengan kalimat tahlil ''laa ilaaha illallah dan tasbih ''Subhanallah''.Keutamaan kalimat tahmid ini, tidak hanya mengandung pengkudusan trhdp Allah swt,tapi juga memiliki makna pertauhidan yg didalamya berkumpul bekerja dengan sempurna.
Dalam sabda Rasulullah:'' Barang siapa mengatakan ''Subhanallah'', ia mendapatkan sepuluh kebaikan.Barang siapa mengatakan 'Laa ilaaha illallah' ia mendapatkan dua puluh kebaikan,Barang siapa mengatakan ''Alhamdulillah'' ia mendapatkan tiga puluh kebaikan.Allah mewahyukan kepada Nabi Daud as: ''Kalau engkau telah menyadari bahwa apa yg engkau nikmati bersumber dari-KU,maka engkau telah mensyukuri-KU''.
semoga bisa menjadikan renungan bagi kita semua.amin

Enam Pertanyaan Imam al-Ghazali


Cinta Rasul Oleh : Redaksi 29 Sep 2006 - 7:53 am

Suatu hari, Imam al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam beliau bertanya bebeapa hal.

Pertama, "Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?. "

Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabatnya. Imam al-Ghazali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "Mati". Sebab itu sudah janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. (QS. Ali Imran 185)

185. tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.


Lalu Imam al-Ghazali meneruskan pertanyaan yang kedua.
"Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?".

Murid-muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar, ujarnya, adalah "MASA LALU."

Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Lalu Imam al-Ghazali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga. "Apa yang paling besar di dunia ini?".

Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "Nafsu" (QS. Al- a'araf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.


179. dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.

Pertanyaan keempat adalah, "Apa yang paling berat di dunia ini?".
Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. Semua jawaban sampean benar, kata Imam Ghozali, tapi yang paling berat adalah "memegang AMANAH" (QS. Al Ahzab 72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya.

72. Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat[1233] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh,

[1233] Yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan.

Pertanyaan yang kelima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?".
Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam al-Ghazali. Namun menurut beliau yang paling ringan di dunia ini adalah 'meninggalkan SHALAT'. Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan shalat, gara-gara meeting kita juga tinggalkan shalat.

Lantas pertanyaan keenam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?".

Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang. Benar kata Imam al-Ghazali. Tapi yang paling tajam adalah "lidah MANUSIA". Karena melalui lidah, manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri. [hidayatullah.com]


Sabar dan syukur

Yaitu Kitab ke dua dari perempat bagian yang menyelamatkan dari kitab Ihya ‘Ulumuddin
Segala puji bagi Allah sang Empunya pujian dan sanjungan, yang sendiri dengan baju kebesaran-Nya, Maha Esa dengan sifat-sifat kemuliaan dan keluhuran, yang menguatkan kecemerlangan para wali dengan kekuatan sabar terhadap suka dan duka dan bersyukur atas segala bencana dan ni’mat. Shalawat kepada Muhammad SAW, penghulu para nabi. Dan kepada para sahabatnya penghulu orang-orang yang suci jiwanya, dan kepada keluarganya pemimpin orang-orang yang berbuat kebajikan lagi taqwa. Shalawat yang terlindung dengan kekekalan dari kerusakan, yang terpelihara secara terus menerus dari terputus dan berkesudahan.

Amma Ba’d, Maka iman itu terbagi dua bagian. Sebagian sabar, dan sebagiannya lagi syukur aebagaimana yang diutarakan oleh atsar-atsar dan disaksikan oleh hadits-hadits. Keduanya juga merupakan dua sifat dari sifat-sifat Allah Ta’ala dan juga (merupakan) dua nama dari asma-asma-Nya Yang Maha Baik (Al-Asmaa’ul Husna) karena Ia menamakan diri-Nya dengan Yang Maha Sabar (As-Shabuur) dan Maha Berterimakasih (As-Syakur).

Maka kebodohan terhadap hakikat sabar dan syukur adalah juga kebodohan terhadap dua bagian iman. Kemudian merupakan pula kelalaian dari dua sifat dari beberapa sifat Tuhan Yang Maha Pengasih. Tak ada jalan untuk mendekat kepada Allah Ta’ala selain dengan iman. Bagaimana dapat digambarkan menempuh jalan iman tanpa mengenal apa yang dengannya itu iman dan siapa yang dengannya itu iman. Berhenti dari mengetahui apa itu sabar dan syukur berarti berhenti pula dari mengetahui siapa yang dengan ia itu (disebut) iman. Dan (berhenti pula) dari mengetahui apa yang dengan ia itu disebut iman. Maka alangkah perlunya bagi masing-masing bagian itu (akan adanya) penjelasan. Dan kami akan menjelaskan masing-masing bagian tersebut dalam satu kitab sebab adanya keterikatan yang satu dengan yang lainnya, insya Allah.
Bagian Pertama tentang Sabar
Ada padannya keutamaan sabar, penjelasan batas-batas sabar dan hakikatnya, penjelasan bahwa sabar itu setengah dari iman, penjelasan perbedaan nama-nama sabar disebabkan berbeda-bedanya hubungan, penjelasan bagian-bagian sabar menurut perbedaan kuat dan lemahnya, penjelasan tempat persangkaan perlunya kepada sabar, dan penjelasan tentang obat sabar dan apa yang dapat dijadikan pertolongan melalui sabar. Maka itu semua ada tujuh pasal yang melengkapi pada maksud-maksud sabar Insya Allah Ta’ala...
Penjelasan Keutamaan sabar.
Allah Ta’ala sesungguhnya telah mensifatkan orang-orang yang sabar dengan beberapa sifat. Allah Ta’ala menyebutkan sabar dalam Al-Qur’an lebih pada 70 tempat. Ia menambahkan lebih banyak derajat dan kebajikan kepada sabar. Ia menjadikan derajat dan kebajikan sebagai hasil dari sabar. Maka Allah Ta’ala berfirman,“Dan Kami jadikan diantara mereka beberapa pemimpin yang akan memberikan pimpinan dengan perintah Kami yaitu ketika mereka semua bersabar.” (QS. As-Sajdah 42)“Dan Telah sempurnalah Firman yang baik dari Tuhanmu untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka”. (Al-a’raf 137)
“Dan akan Kami berikan kepada orang-orang yang sabar suatu pahala mereka dengan sebaik-baiknya sebab apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl 96.) “Mereka itulah yang diberikan pahala dua kali lipat sebab kesabaran mereka” (Al-Qashas 54).
“Sesungguhnya akan disempurnakan bagi orang-orang yang sabar, pahala mereka dengan tanpa terhitung”. (Az-Zumar 10.)
Maka tidak ada upaya pendekatan diri kepada Allah Ta’ala, melainkan pahalanya ditentukan dengan kadar (perhitungan), kecuali sabar (maka tiadalah ia dihitung). Dan karena puasa itu sebagian dari sabar, dan puasa itu ½ sabar, maka Allah Ta’ala berfirman, “Puasa itu bagu-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya”. Allah Ta’ala mengkaitkan puasa itu dengan diri-Nya diantara ibadah ibadah lain dan menjanjikan bagi orang yang bersabar bahwa Ia bersama mereka. Allah Ta’ala berfirman :“Dan bersabarlah sesungguhnya Allah itu berserta orang-orang yang sabar”. (Al-Anfal 46.)Allah Ta’ala meggantungkan pertolongan kepada sabar. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya “Ya..Kalau kamu mau beriman dan memelihara diri, sedang mereka datang (menyerang) kepadamu dengan cepat, maka Tuhan akan membantumu dengan 5000 malaikat yang akan membinasakan”. (Ali Imran 125). Allah Ta’ala akan mengumpulkan bagi orang-orang yang sabar beberapa hal yang tidak dikumpulkan-Nya bagi yang lain. Allah Ta’ala berfirman :
“Merekalah orang-orang yang medapat ampunan dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (Al-Baqarah 157). Petunjuk, rahmat dan ampunan dikumpulkan bagi orang yang sabar. Dan penelitian semua ayat tentang kedudukan sabar akan sangatlah panjang bila diteruskan. Adapun hadits yang menyangkut sabar, maka diantaranya adalah sabda RasuluLlah SAW “Sabar itu ½ iman”. Sebagaimana akan diterangkan tentang sabar itu ½ iman. Nabi SAW bersabda, “Dari hal paling kurang yang diberikan kepada kamu ialah keyakinan dan kesungguhan sabar. Siapa yang diberi keberuntungan dari keyakinan dan kesungguhan sabar niscaya ia tidak peduli terhadap yang luput pada mereka dari shalat malam dan puasa siang dan engkau bersabar atas apa yang menimpamu adalah lebih aku sukai daripada disempurkannya oleh setiap orang dari kamu sekalian untukku dengan seperti amalan kamu semua. Akan tetapi aku takut bahwa akan dibukakan kepada kamu semua (kenikmatan) dunia sesudahku. Kemudian sebagian kamu menantang sebagian yang lain. Dan kamu akan ditantang oleh penduduk langit (malaikat) ketika itu. Maka siapa yang sabar dan memperhitungkan diri, niscaya akan memperoleh kesempurnaan pahala”. Kemudian Nabi membaca firman Allah Ta’ala :
“Apa yang ada di sisi kamu itu akan hilang, dan apa yang ada di sisi Allah itulah yang kekal. Dan akan Kami beri balasan bagi orang-orang yang sabar berupa pahala mereka dengan yang lebih baik sesuai apa yang telah mereka kerjakan”. Diriwayatkan Jabir, bahwa Nabi SAW ditanya tentang iman maka beliau menjawab “sabar dan suka memaafkan”. Nabi SAW bersabda “Sabar itu perbendaharaan dari beberapa perbendaharaan surga”. Pada suatu saat Nabi SAW ditanya “apakah iman itu”. Lalu beliau menjawab “Sabar”. Ini serupa dengan sabda Nabi SAW, “Hajji itu ‘arafah” artinya yang terbesar dari rukun haji itu adalah wukuf di ‘arafah.Nabi SAW bersabda pula, “Afdhalul a’mal maa ukrihat ‘alaihinnufuus”. Yang artinya, “Amal yang paling utama adalah yang lebih dipaksakan kepadanya nafsu”.
Dikatakan Allah Ta’ala menurunkan wahyu kepada Nabi Dawud AS, “Berakhlaklah dengan akhlak-Ku. Sesungguhnya sebagian dari akhlak-Ku adalah Aku sesungguhnya Maha Sabar.Pada Hadits yang diriwayatkan Atha’, dari Ibnu Abbas bahwa ketika RasuluLlah SAW masuk ke tempat orang-orang anshar , lalu beliau bertanya, “A Mu’minu antum ?” yang artinya “apakah kamu semua beriman ?”

Mereka menjawab, “Kami bersyukur atas kelapangan, kami bersabar atas cobaan, dan kami ridho dengan ketetapan Tuhan”. Lalu RasuluLlah SAW bersabda, “Mukminuuna warabbil Ka’bah”. “Benar kamu semua beriman, demi Yang Empunya Ka’bah”. Nabi SAW bersabda, “Pada sabar atas sesuatu yang tidak kamu sukai itu, banyak kebajikan”. Isa Al-Masih AS bersabda, “Engkau sesungguhnya tidak akan memperoleh apa yang kamu inginkan kecuali dengan kesabaranmu atas apa yang tidak engkau sukai”.
RasuluLlah SAW bersabda, “laukaana shabru Rajululan lakaana kariiman waLlaahu yuhibbus shaabiriin”. Yang artinya, ‘Jikalau sabar itu seorang laki-laki niscaya ia itu pemurah. Dan Allah itu cinta akan orang-orang yang sabar”.

Hadits-hadits yang menerangkan sabar itu tiada terhingga jumlahnya. Adapun atsar maka diantaranya adalah apa yang terdapat pada surat khalifah Umar bin Khatab RA kepada Abu Musa Al-Asy’ari RA yang bunyinya antara lain : sabar pada saat musibah itu baik, dan yang lebih baik daripadanya adalah sabar / menahan diri dari apa yang diharamkan Allah Ta’ala. Dan ketahuilah bahwa sabar itu yang memiliki iman. Yang demikian ini adalah bahwasanya taqwa itu merupakan kebajikan yang paling utama. Dan taqwa itu adanya dengan sabar.
Sayyidina ‘Ali RA berkata, “Iman itu dibangun atas dasar empat yaitu yakin, sabar, jihad dan adil.”‘Ali RA berkata pula, “Kedudukan sabar dalam iman itu sebagaimana kepala pada tubuh. Tidak ada tubuh bagi orang yang tidak ada kepala. Dan tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki kesabaran.Umar RA Berkata, “Amatlah baik dua pikulan yang sebanding, dan amatlah baik tambahan bagi orang-orang yang sabar. Yang dimaksud dua pikulan yang sebandaing adalah ampunan dan rahmat. Sedangkan yang dimaksud dengan tambahan adalah petunjuk. Dan tambahan itu ibaratnya adalah apa yang dibawa di atas dua pikulan yang sebanding tadi atas unta”.

Diriwayatkan oleh Urar RA yang demikian itu pada firman Allah Ta’ala, “Ulaaika ‘alaihim shalawaatun mun Rabbikum warahmah. Waulaaika humul muhtaduun”. Yang artinya” mereka itulah orang-orang yang mendapatkan ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan merekalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk”. (Al-Baqarah 157).

Adalah Habib bin Abi Habib Al Bashri apabila membaca ayat di bawah ini, “Inna wajad-Naahu shaabiran, ni’mal ‘abdu, innahu awwab”. Yang artinya, “Sesungguhnya Kami dapati ia (Ayub) sebagai seorang yang sabar, sebaik-baik hamba dan sesungguhnya dia tetap kembali (kepada Tuhan). (Shad 44).
Lalu beliau menangis dan berkata, “Alangkah menakjubkan. Ia yang memberi dan Ia yang memuji.” Artinya Ia yang menganugerahkan kesabaran dan Ia yang memujikannya. Abu Darda’ RA mengatakan, “Ketinggian itu adalah sabar akan hukum Allah Ta’ala dan rela dengan takdir Allah Ta’ala”.
Inilah penjelasan tentang sabar dari yang dinukilkan (dari ayat, hadits dan atsar). Adapun dari segi pandangan mata ibarat, maka anda tidak dapat memahaminya selain setelah memahami hakikat sabar dan artinya. Karena mengetahui keutamaan dan tingkatannya itu ialah mengetahui sifat. Maka tidak akan berhasil , sebelum mengetahui yang bersifat dengan sifat tertentu. Maka marilah kami lanjutkan menyebutkan hakikatnya dan maknanya, kiranya kita memperoleh taufik dari Allah Ta’ala.

Mensyukuri nikmat Allah swt,memang perkara sulit.Nyatanya manusia hanya sanggup meleburkan diri dalam hakikat bersyukur sesungguhnya beberapa saat setelah mendapatkan nikmat yg telah di anugerahkan-NYA.Maka inilah yg tidak disadari manusia betapa berlimpahnya rizki dan nikmat yg telah Allah berikan pada kita,tapi betapa sedikitnya ungkapan syukur yg kita curahkan kepada-NYA.

Dalam Al Qur'an surat An -Naml;19;''Tuhanku ,anugerahkanlah aku kemampuan untuk mensyukuri nikmat-MU yg telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua ibu bapaku dan untuk mengerjakan amal shaleh yg Engkau ridhoi,dan masukanlah aku dengan rahmat-MU ke dalam hamba hamba -MU yg shaleh''.

Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya menerangkan:''Bahwa kalimat syukur ''alhamdulillah'' menempati tingkatan tertinggi bila di bandingkan dengan kalimat tahlil ''laa ilaaha illallah dan tasbih ''Subhanallah''.Keutamaan kalimat tahmid ini, tidak hanya mengandung pengkudusan trhdp Allah swt,tapi juga memiliki makna pertauhidan yg didalamya berkumpul bekerja dengan sempurna.
Dalam sabda Rasulullah:'' Barang siapa mengatakan ''Subhanallah'' ,ia mendapatkan sepuluh kebaikan.Barang siapa mengatakan 'Laa ilaaha illallah' ia mendapatkan dua puluh kebaikan,Barang siapa mengatakan ''Alhamdulillah'' ia mendapatkan tiga puluh kebaikan.Allah mewahyukan kepada Nabi Daud as:''Kalau engkau telah menyadari bahwa apa yg engkau nikmati bersumber dari-KU,maka engkau telah mensyukuri-KU''. semoga bisa menjadikan renungan bagi kita semua.amin

Sumber:kitab taubat ,sabar,syukur.Imam Al Ghazali

Maulid Nabi 2008

Maulid Nabi 2008
Kegiatan PHBI -IRIS 2008