Sabtu, 19 Desember 2009

Baligu anni walau ayat....: Tali Iman "


"Tali Iman"
oleh : H. Ir. Djoko, Warga RT 06/RW 25 Abadijaya

Pada malam Ahad, tanggal 19 Desember 2009, Bapak Ir. H. Djoko berkesempatan menyampaikan ta'lim bertemakan tentang "tali iman".....

Inti ta'lim yang disampaikan adalah bahwa tali iman dibangun oleh cinta dan benci karena Allah. Orang beriman "teramat sangat cintanya kepada Allah", waladzina amanuu adyadu hubban lillahi...... Cinta kepada Allah merupakan cerminan kepatuhan secara total, tulus, ikhlas melaksanakan semua kewajiban yang diperintahkan oleh Allah SWT.....

Kecintaan kepada keluarga, misalnya anak, tidaklah boleh mengalahkan kecintaan kepada Allah. Nabi Nuh AS, contohnya, sangat sayang kepada anaknya, Qan'an, yang dimintakan keselamatan anaknya dari banjir bandang yang melanda kaum Nuh kala itu. Akan tetapi karena ketidakpatuhan kepada Allah dan utusan-Nya, Nabi Nuh/ayahandanya, Allah SWT secara gamblang bahwa anaknya "bukanlah dari golonganmu"......

Kecintaan kepada sesama kaum muslimharuslah lebih dan tidak boleh dikalahkan oleh cinta kepada selainnya.....

Demikian pula dengan benci (karena Allah,) misalnya kepada seseorang, semata karena penolakan atas perintah Allah SWT, pelanggaran atas amanah Allah yang harus diembannya, dan mengganggu kepentingan umat Islam pada umumnya untuk ibadah kepada Allah SWT......

Sekian, semoga bermanfaat untuk peningkatan keimanan kita.....(redaksi blogspot)

Mengambil pelajaran dari karakteristik Mu'min dan pohon kurma,

Disunting oleh Redaksi dalam http://siswanto-mulyaman.blogspot.com dari www.muslim.or.id, Karya : Ustadz Kholid Syamhudi, Lc.
Depok : 19 Desember 2009

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya ada di antara pepohonan, satu pohon yang tidak gugur daunnya. Pohon ini seperti seorang muslim, maka sebutkanlah kepadaku apa pohon tersebut?” Lalu orang menerka-nerka pepohonan wadhi. Abdullah Berkata: “Lalu terbesit dalam diriku, pohon itu adalah pohon kurma, namun aku malu mengungkapkannya.” Kemudian mereka berkata: “Wahai Rasulullah beri tahukanlah kami pohon apa itu?” Lalu beliau menjawab: “ia adalah pohon kurma.”
Tentulah pohon ini memiliki keistimewaan sehingga dijadikan sebagai permisalan bagi seorang muslim. Tidak hanya ini saja bahkan Allah memberikan permisalan kalimat thoyibah dengan pohon ini dalam firman-Nya, dalam Surat Ibrahim : 24 – 25 :
24. tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik [786] seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,
25. pohon itu memberikan buahnya pada Setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.
[786] Termasuk dalam kalimat yang baik ialah kalimat tauhid, segala Ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran serta perbuatan yang baik. kalimat tauhid seperti laa ilaa ha illallaah.
Ibnu Hajar berkata: “Imam Bukhari telah membawakan hadits ini .......
Sebagai isyarat dari beliau bahwa yang dimaksud dengan pohon yang baik itu adalah pohon kurma. Memang telah ada riwayat yang tegas dari hadits yang dikeluarkan oleh Al Bazaar dari jalan periwayatan Musa bin ‘Uqbah dari Naafi’ dari Ibnu Umar, beliau menyatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca ayat ini dan bersabda: “Apakah kalian tahu pohon apakah itu?” Ibnu Umar menyatakan: “Jelas itu adalah pohon kurma, namun usiaku yang kecil menahanku untuk berbicara.” Lalu Rasulullah berkata: “ia adalah pohon Kurma.” (Fathul Baariiy, 1/146)
Dengan demikian, Pohon yang baik di sini ditafsirkan dengan pohon kurma dan ini adalah pendapat banyak ulama salaf, di antaranya: Ibnu Abbas, Mujahid, Masruq, Ikrimah, Ad Dhohaak, Qatadah dan Ibnu Zaid. (Lihat makalah Syaikh Abdirrozzaaq Al ‘Abaad dalam Majalah Al Jaami’ah Al Islamiyah edisi 107 tahun 29, 1418-1419 hal 205). Pendapat ini dikuatkan oleh hadits yang diriwayatkan Ibnu Hibbaan dari jalan periwayatan Abdul Aziz bin Muslim dari Abdullah bin Dinaar dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah bersabda:
“Siapakah yang dapat menyebutkan kepadaku satu pohon yang menyerupai seorang mukmin, pokok batangnya kokoh dan cabangnya menjulang ke langit?”. (Dibawakan Ibnu Hajar dalam Fathul Baariy 1/147)
Semua ini menunjukkan pohon kurma memiliki keutamaan, ketinggian dan keistimewaan. Semua ini telah ditunjukkan dalam ayat di atas. Namun cukuplah dengan dijadikan sebagai permisalan seorang muslim menunjukkan ketinggian dan keistimewaannya.
Di antara sisi kesamaan muslim dengan pohon kurma adalah (sisi kesamaan ini diambil dan disadur dari makalah yang berjudul Taammulaat Fi Mumatsalatul Mukmin Bin Nahlah, tulisan Syeikh DR. Abdurrozaq bin Abdil Muhsin Al ‘Abbaad dalam majalah Al Jaami’ah Al Islamiyah edisi 107 tahun 29, 1418-1419 hal 209-221. dengan penambahan dan pengurangan):
1. Pohon kurma mesti memiliki akar, pangkal batang, cabang, daun dan buah, demikian juga pohon keimanan, memiliki pokok, cabang dan buah. Pokok imam adalah rukun iman yang enam dan cabangnya adalah amalan saleh dan aneka ragam ketaatan dan ibadah. Sedangkan buahnya adalah semua kebaikan dan kebahagiaan yang didapatkan seorang mukmin di dunia dan akhirat.
Imam Ahmad berkata: “perumpamaan iman seperti pohon, karena pokoknya adalah syahadatain, batang dan daunnya demikian juga. Sedangkan buahnya adalah sikap wara’ (hati-hati). Tidak ada kebaikan pada pohon yang tidak berbuah dan tidak ada kebaikan pada orang yang tidak punya sifat wara.’” (As-Sunnah karya Abdullah bin Ahmad, 1/316)
Imam Al Baghawiy menyatakan: “Hikmah dari penyerupaan iman dengan pohon adalah pepohonan tidak dikatakan sebagai pohon (yang baik) kecuali memiliki tiga hal. Memiliki akar yang kuat, batang yang kokoh dan cabang yang tinggi. Demikian juga iman, tidak sempurna iman kecuali dengan tiga hal, yaitu pembenaran hati, ucapan lisan dan amalan anggota tubuh.” (Tafsir Al Baghowi, 3/33)
Demikian juga Ibnul Qayyim mengomentari hal ini dalam pernyataan beliau: “Ikhlas dan Tauhid adalah satu pohon di hati, cabangnya adalah amalan dan buahnya adalah kehidupan yang baik di dunia dan nikmat yang abadi di akhirat. Sebagaimana buah-buahan surga tidak terputus dan tidak tercegah mengambilnya, maka buah tauhid dan ikhlas di dunia pun demikian. Adapun kesyirikan, dusta dan riya adalah satu pohon di hati, buahnya di dunia perasaan takut, sedih, duka, kesempitan dan kegelapan hati dan buahnya di akhirat buah zaqqum dan adzab yang abadi. Kedua pohon ini telah dijelaskan Allah dalam surat Ibrahim.” (Al Fawaa’id hal. 214-215)
2. Pohon kurma tidak akan bertahan hidup kecuali dengan disiram dan dipelihara. Disiram dengan air, jika tidak maka akan kering dan jika ditebang maka mati. Demikian juga seorang mukmin tidak dapat hidup yang hakiki dan istiqomah kecuali dengan siraman wahyu. Oleh karena itulah Allah menamakan wahyu dengan ruh dalam firman-Nya (As Syuura : 52) :
dan Demikianlah Kami wahyukan kepadamu wahyu (Al Quran) dengan perintah kami. sebelumnya kamu tidaklah mengetahui Apakah Al kitab (Al Quran) dan tidak pula mengetahui Apakah iman itu, tetapi Kami menjadikan Al Quran itu cahaya, yang Kami tunjuki dengan Dia siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba kami. dan Sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.

Karena kehidupan hakiki bagi hati tidak ada tanpa wahyu. Sehingga tanpa wahyu manusia dikatakan mayit walaupun bergerak di antara manusia. Allah ta’ala berfirman, Al An-am 122 :
dan Apakah orang yang sudah mati[502] kemudian Dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu Dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan
[502] Maksudnya ialah orang yang telah mati hatinya Yakni orang-orang kafir dan sebagainya.
Di sini jelas sekali sisi persamaannya. Pohon kurma hanya hidup dengan disiram air dan hati seorang mukmin hanya hidup dengan siraman wahyu.
3. Pohon kurma sangat kokoh, sebagaimana firman-Nya dalam Surat Ibrahim 24-25 di atas :
Demikian juga iman jika telah mengakar di dalam hati, maka menjadi sangat kokoh dan tidak goyah sedikitpun, seperti kokohnya gunung yang besar menjulang. Imam Al Auzaa’iy ditanya tentang iman, apakah bertambah? Beliau menjawab: “Ya, sampai membesar seperti gunung.” Ditanya lagi, apakah berkurang? Beliau menjawab: “Ya, sampai tidak sisa sedikit pun.” (Diriwayatkan oleh Al-Laalikaa’iy dalam Syarah Ushul I’tiqad 5/959)
Demikian juga imam Ahmad bin Hambal ditanya tentang hal yang serupa dan menjawab: “Bertambah sampai mencapai lebih tinggi dari langit yang tujuh dan berkurang sampai menjadi paling rendah dari bumi yang ketujuh”. (dibawakan oleh Abu Ya’la dalam Thobaqatul Hanabilah, 1/259)
4. Pohon kurma tidak dapat tumbuh di sembarang tanah, bahkan hanya tumbuh di tanah tertentu yang subur saja. Pohon kurma di sebagian tempat tidak tumbuh sama sekali, di sebagian lainnya tumbuh namun tak berbuah dan di sebagian lain tumbuh berbuah tapi sedikit buahnya. Sehingga tidak semua tanah cocok untuk pohon kurma. Demikian juga iman, ia tidak kokoh pada semua hati. Dia hanya akan kokoh pada hati orang yang Allah berikan hidayah dan lapang dada menerimanya. Sehingga pantaslah bila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Permisalan petunjuk dan ilmu yang aku dapatkan dari Allah adalah seperti permisalan air hujan yang deras menimpa bumi. Ada di antara tanah bumi itu Naqiyah, menerima air lalu menumbuhkan rumput dan tumbuhan yang banyak. Ada juga ajaadib, menampung air lalu Allah memberikan manfaat kepada manusia. Mereka minum, mengambil dan bercocok tanam. Air hujan ini juga menimpa sejenis tanah lain yaitu Qii’aan yang tidak menerima air dan tidak menumbuhkan rerumputan. Demikian itulah permisalan orang yang berilmu (faqih) dalam agama dan mengambil manfaat darinya. Ia mengetahui dan mengajarkannya dan permisalan orang yang tidak menganggapnya sama sekali dan tidak menerima petunjuk Allah yang aku bawa.” (HR. Bukhari dan Muslim)
5. Pohon kurma tidak dapat bercampur dengan tumbuhan pengganggu dan tumbuhan asing yang bukan jenisnya. Mereka ini dapat mengganggu dan melemahkan pertumbuhannya serta mengganggunya dalam menyerap air. Oleh karena itu diperlukan perawatan khusus dan selektif dari pemiliknya. Demikian juga seorang mukmin, mesti mendapatkan hal-hal yang dapat melemahkan iman dan keyakinannya. Juga mendapatkan perkara yang dapat mendesak iman dari hatinya. Oleh karena itu diperlukan introspeksi (muhasabah) dalam setiap waktu dan bersungguh-sungguh menjaganya. Juga berusaha selalu menghilangkan segala sesuatu yang mengotorinya, seperti was-was, mengikuti hawa nafsunya dan lain-lainnya.
Buah pohon ini dimakan waktu siang dan malam, baik di musim dingin atau di musim panas. Dinamakan dalam bentuk kurma (tamr) atau busr atau Ruthab (Busr adalah kurma yang belum matang menjadi ruthab sedangkan Ruthob adalah kurma matang yang masih belum meleleh atau mengeras). Demikian juga seorang mukmin amalan mereka naik pada pagi dan sore hari. Rabi’ bin Anas menyatakan: “ setiap pagi dan sore hari, karena buah kurma selalu dapat dimakan di waktu malam dan siang, baik musim dingin atau panas, baik berupa kurma, busr atau ruthab, demikian juga amalan seorang mukmin naik pada pagi dan sore harinya.” (Disampaikan oleh Al Baghowiy dalam tafsirnya 3/33)
Ibnu Jarir Ath Thobary menyatakan dalam tafsir ayat ini: “Pendapat yang rojih menurutku adalah pendapat yang menyatakan, makna dalam ayat ini adalah pagi dan sore, setiap saat, karena Allah menjadikan hasil pohon ini setiap saat dari buahnya untuk perumpamaan amalan dan perkataan seorang mukmin. Padahal sudah pasti amalan dan perkataan basik seorang mukmin diangkat kepada Allah setiap hari, bukan setiap setahun atau setengah tahun atau dua bulan sekali. Jika demikian, maka jelaslah kebenaran pendapat ini. Jika ada yang bertanya: “Pohon kurma mana yang menghasilkan buah setiap saat buah yang dimakan pada musim panas dan dingin? Jawabnya: adapun di musim dingin, maka Thol’ (mayang kurma) adalah buahnya dan di musim panas, maka balkh, busr, Ruthob dan kurma adalah buahnya. Jadi semuanya adalah buahnya.” (Tafsir Thobary, 8/210)
6. Pohon kurma memiliki barakah dalam semua bagiannya. Semua bagiannya dapat dimanfaatkan. Demikian juga seorang mukmin, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Dari Abdullah bin umar beliau berkata: “Ketika kamu duduk-duduk di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba-tiba diberikan jamaar (jantung kurma). Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu berkata: ‘Sesungguhnya terdapat satu pohon, barakahnya seperti barakah seorang muslim’. Lalu aku menerka itu adalah pohon kurma lalu ingin aku sampaikan dia adalah pohon kurma, wahai Rasulullah. Kemudian aku menengok dan mendapatkan aku orang kesepuluh dan paling kecil, lalu aku diam. Rasulullah berkata: ‘Ia adalah pohon kurma.’” (diriwayatkan oleh Bukhari dalam shohihnya, 3/444)
Ibnu Hajar berkata: “Barokah pohon kurma ada pada semua bagiannya, senantiasa ada dalam setiap keadaannya. Dari mulai tumbuh sampai kering, dimakan semua jenis buahnya, kemudian setelah itu seluruh bagian pohon ini dapat diambil manfaatnya sampai-sampai bijinya digunakan sebagai makanan ternak. Demikian juga serabutnya dapat dijadikan sebagai tali serta yang lainnyapun demikian. Hal ini sudah jelas. Demikian juga barokah seorang muslim meliputi seluruh keadaannya. Juga manfaatnya terus menerus ada untuknya dan untuk orang lain sampai setelah matinyapun.” (Fathul Bari 1/145-146)
7. Pohon kurma disifatkan dengan sabda Rasulullah:
“Sesungguhnya permisalan mukmin seperti pohon kurma. Tidaklah kamu mengambil sesuatu darinya, niscaya bermanfaat bagimu.” (Diriwayatkan oleh Ath Thabrani dalam Mu’jamul Kabir, 12/ no.13514 dan Al Hafidz Ibnu Hajar menyatakan: “Sanadnya shohih”). Pohon kurma seluruhnya bermanfaat, demikian juga seorang mukmin ketika bergaul dengan teman dan sekitarnya. Ia tidak menampakkan kecuali akhlak yang mulia, adab budi pekerti yang luhur, muamalah baik, memberikan kebaikan dan tidak mengganggu mereka. Selalu memberikan manfaat kepada mereka dalam seluruh pergaulannya.
8. Pohon kurma memiliki perbedaan mencolok, satu dengan lainnya. Perbedaan dalam bentuk, jenis dan buahnya. Pohon kurma tidak hanya satu tingkat dalam kebagusan dan kualitas

9. Pohon kurma termasuk pohon yang paling sabar menghadapi angin dan terpaannya serta lainnya dari badai angin. Terkadang menerpanya dan terkadang menggulungnya. Kebanyakan tumbuhan tidak mampu sabar bertahan dari kekeringan air seperti kesabaran pohon kurma. Demikian juga seorang mukmin selalu sabar dalam menghadapi bala, mala petaka dan musibah. Berkumpul pada seorang mukmin kesabaran dengan ketiga jenisnya, yaitu sabar dalam ketaatan Allah, sabar dari kemaksiatan dan sabar menghadapi takdir yang menyedihkan

10. Pohon kurma semakin tua semakin bertambah baik dan tinggi kualitasnya. Demikian juga seorang mukmin jika panjang usianya maka bertambah kebaikan dan amal sholehnya. Imam At Tirmidziy meriwayatkan dari sahabat Abdullah bin Busr, beliau berkata:
Seorang a’robiy bertanya kepada Rasulullah: “Wahai Rasulullah siapakah orang yang terbaik?” Rasulullah menjawab: “Orang yang panjang umur dan baik amalannya.” (Sunan Tirmidzi 4/565 dan dishohihkan Al Albaniy dalam Shohih Sunan At Tirmidzi, 2/271)

11. Pohon kurma tidak pernah berhenti memberi manfaat walaupun gagal berbuah. Manusia dapat mengambil pelepah, daun dan serabutnya untuk kemanfaatan yang banyak. Demikian juga seorang mukmin tidak pernah lepas dari kebaikan. Selalu mengeluarkan kebaikan dan terjaga dari berbuat kejelekan, sebagaimana sabda Rasulullah:
“Maukah kalian aku beritahu orang terbaik dari terjelek dari kalian?” Lalu beliau mengulanginya tiga kali. Lalu seorang bertanya: “Wahai Rasulullah beritahulah kami tentang orang terbaik dari terjelek dari kami” Rasulullah menjawab: “Orang terbaik dari kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan aman dari kejelekannya dan orang terjelek adalah orang yang tidak diharapkan kebaikannya dan manusia tidak aman dari kejelekannya.” (Diriwayatkan Imam At Tirmidziy dalam sunannya no. 2263 dan Ahmad no. 8456 dan dishohihkan Al Albani dalam Shohih Al Jaami’, no. 332)
Imam Ikrimah menafsirkan dengan menyatakan: “Dialah pohon kurma yang senantiasa memberi manfaat.” (disampaikan At Thobariy, 8/205)
Demikian juga seorang mukmin senantiasa memberi manfaat sesuai dengan bagian dan kekuatan imannya.
12. Pohon kurma mudah memetik buahnya, karena pohon kurma terkadang pendek sehingga mudah memetiknya dan terkadang tinggi besar. Walaupun besar masih mudah memanjatnya dibanding memanjat pohon lain yang setingginya, karena terdapat tangga dan tempat memijak sampai ke atas. Demikian juga seorang mukmin mudah mengambil kebaikan darinya.

13. Buah kurma termasuk buah yang paling bermanfaat, karena ruthabnya dimakan sebagai buah-buahan dan manis. Juga kurma yang telah kering menjadi makanan pokok, lauk dan buah serta dapat dihasilkan darinya cuka dan pemanis. Kurma juga dibuat sebagai obat dan minuman. Kemanfaatannya sudah cukup jelas bagi yang menggunakannya. Demikian juga mukmin memiliki keumuman manfaat dan keanekaragaman kebaikan dan kebagusannya.
Ditambah lagi buah kurma memiliki rasa manis dan iman pun memiliki rasa manis yang tidak dapat merasakannya kecuali orang yang memiliki iman yang benar. Oleh karena itu Rasulullah bersabda:
“Tiga perkara, jika seorang memilikinya niscaya merasakan manisnya iman, menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih dicintai dari yang lainnya dan mencintai seseorang hanya karena Allah serta benci kembali kepada kekufuran sebagaimana benci dilemparkan kedalam api.” (Mutafaqun ‘alaihi)
Imam Abu Muhammad bin Abi Jamroh menyatakan: “Diibaratkan dengan rasa manis dalam hadits ini, karena Allah menyerupakan iman dengan pohon dalam firman-Nya:
Kalimat di dalam ayat ini adalah kalimat ikhlas dan pohonnya adalah pokok iman, cabangnya adalah mengikuti perintah dan menjauhi larangan. Sedang daunnya adalah kebaikan yang diperhatikan seorang mukmin, buahnya adalah ketaatan.” (Lihat Fathul Bari, 1/60)
14. Kesamaan sifat pohon kurma dengan sifat mukmin sehingga Ibnul Qayyim menyatakan: “Sebagian orang ada yang telah menyamakan manfaat-manfaat ini (manfaat pohon kurma) dengan sifat muslim. Mereka menjadikan setiap manfaat darinya dihadapkan dengan satu sifat muslim. Ketika sampai pada duri pohon kurma, maka dihadapkan kepada sifat keras dan tegas terhadap musuh Allah dan orang fajir. Sehingga kekerasan dan ketegasan terhadap mereka (para musuh tersebut) seperti kedudukan duri pohon kurma dan sikap mereka terhadap mukmin yang takwa seperti kedudukan ruthab yang manis dan lembut.
Allah berfirman:
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. kamu Lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud[1406]. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, Yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya Maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah Dia dan tegak Lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.
[1406] Maksudnya: pada air muka mereka kelihatan keimanan dan kesucian hati mereka.
Oleh karena itu para ulama yang terkenal keras dan tegas dalam membantah orang-orang batil dinamakan duri di leher mereka.
Dengan demikian telah kita ketahui iman adalah pohon mubarakah yang memiliki manfaat dan faedah besar serta buah hasil. Iman memiliki tempat khusus penanaman dan siraman khusus, juga memiliki pokok, cabang dan buah. Tempatnya adalah hati seorang mukmin, siramannya adalah wahyu dan pokoknya adalah rukun iman yang enam. Sedangkan cabangnya adalah amalan sholeh dan ketaatan yang beraneka ragam yang dilakukan seorang mukmin dan buahnya adalah semua kebaikan dan kebahagiaan yang dirasakan seorang mukmin di dunia dan akherat. Inilah di antara buah dan hasil iman. Wallahu a’lam bis showaab.

Penulis: Ustadz Kholid Syamhudi, Lc.
Artikel www.muslim.or.id

Sabtu, 12 Desember 2009

Baligu anni walau ayat................

Menyambut 1 Muharam 1431 H/2009, bagaimana sebaiknya....

Pada malam Ahad 12 Desember 2009, kegiatan rutin ceramah seyogyanya disampaikan oleh Pak Heru Siswanto, namun ybs. tidak hadir, oleh karena itu untuk mengisi ruang publik ini, terlampir sikap kita menyambut 1 Muharam 1431 H dari Redaksi......

Tahun Baru Islam yang diperingati setiap tanggal 1 Muharram atau lebih dikenal dengan 1 Suro tinggal beberapa hari lagi. Tahun Baru Islam yang ditandai dengan hijrahnya Rasulullah SAW dari kota Mekkah yang banyak didiami kaum Quraish ke kota Madinah. Kaum Quraish di kota Mekkah pada saat itu sangat menentang ajaran yang dibawa oleh Rasulullah SAW yaitu Islam. Penentangan keras yang dilakukan oleh kaum Quraish yang cenderung menggunakan kekerasan membuat Rasulullah SAW mengambil keputusan untuk hijarah ke kota Madinah tempat penduduk Madinah lebih toleran terhadap kehadiran Rasulullah SAW dan ajaran Islam. Di kota Madinah inilah Rasulullah melakukan syiar Islam dan berkembang dengan pesatnya (yang nantinya Madinah menjadi pusat kegiatan Islam di tanah Arab).

Tulisan ini hanya sekedar berbagi ilmu dan pengalaman untuk merenungkan dan memaknai hijrah dalam kehidupan yang nyata. Disamping itu juga ingin mengajak seluruh umat Islam beramai-ramai merayakan Tahun Baru Islam dengan suasana kebatinan yang Islami. Sungguh ironis melihat bagaimana sebagian besar masyarakat Indonesia yang mayoritas Islam lebih memfokuskan dan melakukan pesta besar-besaran pada saat Tahun Baru Masehi (1 Januari) dibanding Tahun Baru Islam yang lebih banyak hikmahnya lewat perjuangan Rasulullah menyebarkan ajaran Islam yang sangat dimuliakan Allah SWT.

Hijrah artinya pindah, dari hal-hal yang tidak baik menjadi hal-hal yang baik dan pengertiannya bukan hanya sekedar fisik seperti pindah tempat, rumah, kantor atau yang lain. Intinya adalah peningkatan kualitas mulai dari hitungan detik, menit, jam, hari, minggu, bulan dan tahun dan terus-menerus dilakukan dengan landasan istiqomah dan Rahman Rahim.

Apa yang menarik dari setiap kita memasuki tahun baru adalah munculnya kesadaran baru dalam diri kita. Kesadaran akan beberapa hal : Pertama, kesadaran bahwa diakui atau tidak usia kita telah berkurang. Sementara investasi pahala untuk simpanan di akhirat masih sangat tipis, dibanding nikmat-nikmat Allah yang setiap detik selalu mengalir. Tiada putus-putusnya. Dari segi ini saja kita seharusnya merasa malu, di mana kita yang mengaku sebagai hamba Allah tetapi dalam banyak hal orientasi kita menkonsumsi nikmat-nikmat Allah dan lupa bersyukur kepadaNya, bahkan kita sering mengaktualisasaikan diri kita sebagai hamba dunia. Kita masih saja lebih banyak sibuk menginvestasi kepentingan dunia dari pada investasi untuk akhirat.

Dengan datangnya tahun baru ini, semoga semangat untuk membangun kemegahan akhirat lebih kuat dari semangat untuk membangun kemegahan dunia. Kedua, pada tanggal 1 Muharram kita menyaksikan suatu perubahan waktu yang ditandai oleh pergeseran alam, yaitu munculnya bulan sabit tahun baru di ufuk barat. Dari sini kita menyaksikan diri kita berjalan seirama dengan perjalanan segala wujud di alam ini. Allah SWT yang menciptakan semua mahluk, selalu mengajarkan kita agar senantiasa memperhatikan kebesaraNya dengan menyaksikan ketaraturan dan kerapian ciptaanNya di alam semesta ini. Untuk itu kita diajarkan pula agar dalam menjalani ibadah kepadaNya selalu memperhatikan waktu-waktu tertentu yang sejalan dengan perputaran tata surya.

Dalam menjalani shalat misalnya, Allah mengaskan dalam Al-Qur’an agar ditegakkan pada waktu-waktu tertentu (QS. Al-Nisa: 103). Dan kita telah tahu bahwa waktu shalat Dzuhur setelah tergelincir matahari, shalat maghrib, setelah terbenam matahari, shalat subuh setelah terbit fajar dan lain sebagainya. Dalam menjalani puasa Ramadlan, kita juga diajarakan oleh Rasulullah SAW agar memulainya setelah melihat bulan tanggal satu Ramadlan, dan mengakhirinya pun setelah melihat bulan akhir Ramadhan. (HR, Imam Muslim). Ibadah hajipun Allah mengajarkan agar dilaksanakan pada bulan-bulan tertentu,(QS. Al-Baqarah: 197) Syawal, Dzulqa’dah dan dzulhijjah.

Semuanya itu sungguh menunjukkan betapa eratnya aktifitas ibadah kita dengan aktifitas alam. Dari sini terlihat dengan jelas betapa mengikuti tahun hijriyah akan lebih mengakrabkan kita dengan alam, dan otomatis akan lebih mendekatkan kita kepada Allah Sang Pencipta Yang Maha Kuasa. Ketiga, bahwa tahun hijriyah berjalan seirama dengan perjalanan sejarah Rasulullah SAW. Sungguh banyak peristiwa besar dalam sejarah Islam yang hanya terekam dalam bulan-bulan hijriyah. Seperti awal turunnya Al-Qur’an, titik permulaan hijrah, tanggal kemenangan dalam perang Badar dan lain sebagainya. Hari-hari besar Islam, seperti hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha, sangat terkait dengan penanggalan hijriyah ini.

Dari sini kita akan lebih banyak belajar pada sejarah untuk membangun masa depan kita. Dalam arti kata lain kita akan menjadi pribadi yang pandai membangun masa depan dengan pijkan masa lampau yang kokoh dan benar. Dan kita dengan langkah ini tidak mengulang kesalahan dan kecelakaan masa lalu. Sebagaimana yang tersebut dalam sebuah riwayat: “Seorang mu’min tidak akan pernah terjerumus dalam jurang yang sama dua kali”. ( HR Muslim) Dengan demikian, adalah kesadaran yang benar jika dalam permualaan tahun baru hijriyah ini, kita umat Islam membangun tekad baru, untuk meningkatkan ketakwaan dan ketaatan kepada Allah, sebagaimana yang baru saja ditegaskan pada awal tulisan ini. Karena hanya dari tekad inilah segala krisis yang pernah kita lalui pada tahun-tahun sebelumnya akan bisa diatasi. Selamat memulai tahun baru hijriyah dan ......selamat membangun masa depan umat ini dengan ketakwaan yang hakiki.......

Sumber Pengelolaan dana Musholla

Alhamdulillah pada tanggal 12 Desember 2009, Ta'mir Musholla menerima sumbangan rutin Warga RT o3 RW 25 dana perawatan sebesar Rp 220.000,-.... mudah-mudahan warga RT lain menyusul.

Idul Qurban 2007

Idul Qurban 2007
Pengulitan sapi Qurban, 2007...kaos coklat, Ta'mir Musholla ikut menguliti sapi Qurban....

Kegiatan Idul Qurban 1430 H/2009

Pada Dzulhijjah 1430 H/2009, Musholla Nurul Iman menerima 4 ekor sapi dan 23 ekor kambing dan telah diselesaikan dengan membagikan 1200 bungkus daging kurban kepada warga RW 25, masyarakat sekitar, dan yayasan-yayasan yatim piatu sekitar......

Idul Qurban 1430 H/2009

Idul Qurban 1430 H/2009
Kegiatan Pencacahan daging Qurban 1430 H/2009

Mensyukuri ni'mat Allah

Mensyukuri ni’mat Allah
Sumber: Kitab taubat , sabar, syukur (Imam Al Ghazali)


Mensyukuri nikmat Allah swt,memang perkara sulit. Nyatanya manusia hanya sanggup meleburkan diri dalam hakikat bersyukur sesungguhnya beberapa saat setelah mendapatkan nikmat yg telah di anugerahkan-NYA.Maka inilah yg tidak disadari manusia betapa berlimpahnya rizki dan nikmat yg telah Allah berikan pada kita,tapi betapa sedikitnya ungkapan syukur yg kita curahkan kepada-NYA.

Dalam Al Qur'an surat An -Naml;19;''Tuhanku ,anugerahkanlah aku kemampuan untuk mensyukuri nikmat-MU yg telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua ibu bapaku dan untuk mengerjakan amal shaleh yg Engkau ridhoi,dan masukanlah aku dengan rahmat-MU ke dalam hamba hamba -MU yg shaleh''.

Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya menerangkan:''Bahwa kalimat syukur ''alhamdulillah'' menempati tingkatan tertinggi bila di bandingkan dengan kalimat tahlil ''laa ilaaha illallah dan tasbih ''Subhanallah''.Keutamaan kalimat tahmid ini, tidak hanya mengandung pengkudusan trhdp Allah swt,tapi juga memiliki makna pertauhidan yg didalamya berkumpul bekerja dengan sempurna.
Dalam sabda Rasulullah:'' Barang siapa mengatakan ''Subhanallah'', ia mendapatkan sepuluh kebaikan.Barang siapa mengatakan 'Laa ilaaha illallah' ia mendapatkan dua puluh kebaikan,Barang siapa mengatakan ''Alhamdulillah'' ia mendapatkan tiga puluh kebaikan.Allah mewahyukan kepada Nabi Daud as: ''Kalau engkau telah menyadari bahwa apa yg engkau nikmati bersumber dari-KU,maka engkau telah mensyukuri-KU''.
semoga bisa menjadikan renungan bagi kita semua.amin

Enam Pertanyaan Imam al-Ghazali


Cinta Rasul Oleh : Redaksi 29 Sep 2006 - 7:53 am

Suatu hari, Imam al-Ghazali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam beliau bertanya bebeapa hal.

Pertama, "Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?. "

Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabatnya. Imam al-Ghazali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "Mati". Sebab itu sudah janji Allah SWT bahwa setiap yang bernyawa pasti akan mati. (QS. Ali Imran 185)

185. tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. dan Sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, Maka sungguh ia telah beruntung. kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.


Lalu Imam al-Ghazali meneruskan pertanyaan yang kedua.
"Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?".

Murid-muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa semua jawaban yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar, ujarnya, adalah "MASA LALU."

Bagaimanapun kita, apapun kendaraan kita, tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama.

Lalu Imam al-Ghazali meneruskan dengan pertanyaan yang ketiga. "Apa yang paling besar di dunia ini?".

Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "Nafsu" (QS. Al- a'araf: 179). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita ke neraka.


179. dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai.

Pertanyaan keempat adalah, "Apa yang paling berat di dunia ini?".
Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. Semua jawaban sampean benar, kata Imam Ghozali, tapi yang paling berat adalah "memegang AMANAH" (QS. Al Ahzab 72). Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya.

72. Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat[1233] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh,

[1233] Yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan.

Pertanyaan yang kelima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?".
Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam al-Ghazali. Namun menurut beliau yang paling ringan di dunia ini adalah 'meninggalkan SHALAT'. Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan shalat, gara-gara meeting kita juga tinggalkan shalat.

Lantas pertanyaan keenam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?".

Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang. Benar kata Imam al-Ghazali. Tapi yang paling tajam adalah "lidah MANUSIA". Karena melalui lidah, manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri. [hidayatullah.com]


Sabar dan syukur

Yaitu Kitab ke dua dari perempat bagian yang menyelamatkan dari kitab Ihya ‘Ulumuddin
Segala puji bagi Allah sang Empunya pujian dan sanjungan, yang sendiri dengan baju kebesaran-Nya, Maha Esa dengan sifat-sifat kemuliaan dan keluhuran, yang menguatkan kecemerlangan para wali dengan kekuatan sabar terhadap suka dan duka dan bersyukur atas segala bencana dan ni’mat. Shalawat kepada Muhammad SAW, penghulu para nabi. Dan kepada para sahabatnya penghulu orang-orang yang suci jiwanya, dan kepada keluarganya pemimpin orang-orang yang berbuat kebajikan lagi taqwa. Shalawat yang terlindung dengan kekekalan dari kerusakan, yang terpelihara secara terus menerus dari terputus dan berkesudahan.

Amma Ba’d, Maka iman itu terbagi dua bagian. Sebagian sabar, dan sebagiannya lagi syukur aebagaimana yang diutarakan oleh atsar-atsar dan disaksikan oleh hadits-hadits. Keduanya juga merupakan dua sifat dari sifat-sifat Allah Ta’ala dan juga (merupakan) dua nama dari asma-asma-Nya Yang Maha Baik (Al-Asmaa’ul Husna) karena Ia menamakan diri-Nya dengan Yang Maha Sabar (As-Shabuur) dan Maha Berterimakasih (As-Syakur).

Maka kebodohan terhadap hakikat sabar dan syukur adalah juga kebodohan terhadap dua bagian iman. Kemudian merupakan pula kelalaian dari dua sifat dari beberapa sifat Tuhan Yang Maha Pengasih. Tak ada jalan untuk mendekat kepada Allah Ta’ala selain dengan iman. Bagaimana dapat digambarkan menempuh jalan iman tanpa mengenal apa yang dengannya itu iman dan siapa yang dengannya itu iman. Berhenti dari mengetahui apa itu sabar dan syukur berarti berhenti pula dari mengetahui siapa yang dengan ia itu (disebut) iman. Dan (berhenti pula) dari mengetahui apa yang dengan ia itu disebut iman. Maka alangkah perlunya bagi masing-masing bagian itu (akan adanya) penjelasan. Dan kami akan menjelaskan masing-masing bagian tersebut dalam satu kitab sebab adanya keterikatan yang satu dengan yang lainnya, insya Allah.
Bagian Pertama tentang Sabar
Ada padannya keutamaan sabar, penjelasan batas-batas sabar dan hakikatnya, penjelasan bahwa sabar itu setengah dari iman, penjelasan perbedaan nama-nama sabar disebabkan berbeda-bedanya hubungan, penjelasan bagian-bagian sabar menurut perbedaan kuat dan lemahnya, penjelasan tempat persangkaan perlunya kepada sabar, dan penjelasan tentang obat sabar dan apa yang dapat dijadikan pertolongan melalui sabar. Maka itu semua ada tujuh pasal yang melengkapi pada maksud-maksud sabar Insya Allah Ta’ala...
Penjelasan Keutamaan sabar.
Allah Ta’ala sesungguhnya telah mensifatkan orang-orang yang sabar dengan beberapa sifat. Allah Ta’ala menyebutkan sabar dalam Al-Qur’an lebih pada 70 tempat. Ia menambahkan lebih banyak derajat dan kebajikan kepada sabar. Ia menjadikan derajat dan kebajikan sebagai hasil dari sabar. Maka Allah Ta’ala berfirman,“Dan Kami jadikan diantara mereka beberapa pemimpin yang akan memberikan pimpinan dengan perintah Kami yaitu ketika mereka semua bersabar.” (QS. As-Sajdah 42)“Dan Telah sempurnalah Firman yang baik dari Tuhanmu untuk Bani Israil disebabkan kesabaran mereka”. (Al-a’raf 137)
“Dan akan Kami berikan kepada orang-orang yang sabar suatu pahala mereka dengan sebaik-baiknya sebab apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl 96.) “Mereka itulah yang diberikan pahala dua kali lipat sebab kesabaran mereka” (Al-Qashas 54).
“Sesungguhnya akan disempurnakan bagi orang-orang yang sabar, pahala mereka dengan tanpa terhitung”. (Az-Zumar 10.)
Maka tidak ada upaya pendekatan diri kepada Allah Ta’ala, melainkan pahalanya ditentukan dengan kadar (perhitungan), kecuali sabar (maka tiadalah ia dihitung). Dan karena puasa itu sebagian dari sabar, dan puasa itu ½ sabar, maka Allah Ta’ala berfirman, “Puasa itu bagu-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya”. Allah Ta’ala mengkaitkan puasa itu dengan diri-Nya diantara ibadah ibadah lain dan menjanjikan bagi orang yang bersabar bahwa Ia bersama mereka. Allah Ta’ala berfirman :“Dan bersabarlah sesungguhnya Allah itu berserta orang-orang yang sabar”. (Al-Anfal 46.)Allah Ta’ala meggantungkan pertolongan kepada sabar. Allah Ta’ala berfirman, yang artinya “Ya..Kalau kamu mau beriman dan memelihara diri, sedang mereka datang (menyerang) kepadamu dengan cepat, maka Tuhan akan membantumu dengan 5000 malaikat yang akan membinasakan”. (Ali Imran 125). Allah Ta’ala akan mengumpulkan bagi orang-orang yang sabar beberapa hal yang tidak dikumpulkan-Nya bagi yang lain. Allah Ta’ala berfirman :
“Merekalah orang-orang yang medapat ampunan dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk” (Al-Baqarah 157). Petunjuk, rahmat dan ampunan dikumpulkan bagi orang yang sabar. Dan penelitian semua ayat tentang kedudukan sabar akan sangatlah panjang bila diteruskan. Adapun hadits yang menyangkut sabar, maka diantaranya adalah sabda RasuluLlah SAW “Sabar itu ½ iman”. Sebagaimana akan diterangkan tentang sabar itu ½ iman. Nabi SAW bersabda, “Dari hal paling kurang yang diberikan kepada kamu ialah keyakinan dan kesungguhan sabar. Siapa yang diberi keberuntungan dari keyakinan dan kesungguhan sabar niscaya ia tidak peduli terhadap yang luput pada mereka dari shalat malam dan puasa siang dan engkau bersabar atas apa yang menimpamu adalah lebih aku sukai daripada disempurkannya oleh setiap orang dari kamu sekalian untukku dengan seperti amalan kamu semua. Akan tetapi aku takut bahwa akan dibukakan kepada kamu semua (kenikmatan) dunia sesudahku. Kemudian sebagian kamu menantang sebagian yang lain. Dan kamu akan ditantang oleh penduduk langit (malaikat) ketika itu. Maka siapa yang sabar dan memperhitungkan diri, niscaya akan memperoleh kesempurnaan pahala”. Kemudian Nabi membaca firman Allah Ta’ala :
“Apa yang ada di sisi kamu itu akan hilang, dan apa yang ada di sisi Allah itulah yang kekal. Dan akan Kami beri balasan bagi orang-orang yang sabar berupa pahala mereka dengan yang lebih baik sesuai apa yang telah mereka kerjakan”. Diriwayatkan Jabir, bahwa Nabi SAW ditanya tentang iman maka beliau menjawab “sabar dan suka memaafkan”. Nabi SAW bersabda “Sabar itu perbendaharaan dari beberapa perbendaharaan surga”. Pada suatu saat Nabi SAW ditanya “apakah iman itu”. Lalu beliau menjawab “Sabar”. Ini serupa dengan sabda Nabi SAW, “Hajji itu ‘arafah” artinya yang terbesar dari rukun haji itu adalah wukuf di ‘arafah.Nabi SAW bersabda pula, “Afdhalul a’mal maa ukrihat ‘alaihinnufuus”. Yang artinya, “Amal yang paling utama adalah yang lebih dipaksakan kepadanya nafsu”.
Dikatakan Allah Ta’ala menurunkan wahyu kepada Nabi Dawud AS, “Berakhlaklah dengan akhlak-Ku. Sesungguhnya sebagian dari akhlak-Ku adalah Aku sesungguhnya Maha Sabar.Pada Hadits yang diriwayatkan Atha’, dari Ibnu Abbas bahwa ketika RasuluLlah SAW masuk ke tempat orang-orang anshar , lalu beliau bertanya, “A Mu’minu antum ?” yang artinya “apakah kamu semua beriman ?”

Mereka menjawab, “Kami bersyukur atas kelapangan, kami bersabar atas cobaan, dan kami ridho dengan ketetapan Tuhan”. Lalu RasuluLlah SAW bersabda, “Mukminuuna warabbil Ka’bah”. “Benar kamu semua beriman, demi Yang Empunya Ka’bah”. Nabi SAW bersabda, “Pada sabar atas sesuatu yang tidak kamu sukai itu, banyak kebajikan”. Isa Al-Masih AS bersabda, “Engkau sesungguhnya tidak akan memperoleh apa yang kamu inginkan kecuali dengan kesabaranmu atas apa yang tidak engkau sukai”.
RasuluLlah SAW bersabda, “laukaana shabru Rajululan lakaana kariiman waLlaahu yuhibbus shaabiriin”. Yang artinya, ‘Jikalau sabar itu seorang laki-laki niscaya ia itu pemurah. Dan Allah itu cinta akan orang-orang yang sabar”.

Hadits-hadits yang menerangkan sabar itu tiada terhingga jumlahnya. Adapun atsar maka diantaranya adalah apa yang terdapat pada surat khalifah Umar bin Khatab RA kepada Abu Musa Al-Asy’ari RA yang bunyinya antara lain : sabar pada saat musibah itu baik, dan yang lebih baik daripadanya adalah sabar / menahan diri dari apa yang diharamkan Allah Ta’ala. Dan ketahuilah bahwa sabar itu yang memiliki iman. Yang demikian ini adalah bahwasanya taqwa itu merupakan kebajikan yang paling utama. Dan taqwa itu adanya dengan sabar.
Sayyidina ‘Ali RA berkata, “Iman itu dibangun atas dasar empat yaitu yakin, sabar, jihad dan adil.”‘Ali RA berkata pula, “Kedudukan sabar dalam iman itu sebagaimana kepala pada tubuh. Tidak ada tubuh bagi orang yang tidak ada kepala. Dan tidak ada iman bagi orang yang tidak memiliki kesabaran.Umar RA Berkata, “Amatlah baik dua pikulan yang sebanding, dan amatlah baik tambahan bagi orang-orang yang sabar. Yang dimaksud dua pikulan yang sebandaing adalah ampunan dan rahmat. Sedangkan yang dimaksud dengan tambahan adalah petunjuk. Dan tambahan itu ibaratnya adalah apa yang dibawa di atas dua pikulan yang sebanding tadi atas unta”.

Diriwayatkan oleh Urar RA yang demikian itu pada firman Allah Ta’ala, “Ulaaika ‘alaihim shalawaatun mun Rabbikum warahmah. Waulaaika humul muhtaduun”. Yang artinya” mereka itulah orang-orang yang mendapatkan ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan merekalah orang-orang yang mendapatkan petunjuk”. (Al-Baqarah 157).

Adalah Habib bin Abi Habib Al Bashri apabila membaca ayat di bawah ini, “Inna wajad-Naahu shaabiran, ni’mal ‘abdu, innahu awwab”. Yang artinya, “Sesungguhnya Kami dapati ia (Ayub) sebagai seorang yang sabar, sebaik-baik hamba dan sesungguhnya dia tetap kembali (kepada Tuhan). (Shad 44).
Lalu beliau menangis dan berkata, “Alangkah menakjubkan. Ia yang memberi dan Ia yang memuji.” Artinya Ia yang menganugerahkan kesabaran dan Ia yang memujikannya. Abu Darda’ RA mengatakan, “Ketinggian itu adalah sabar akan hukum Allah Ta’ala dan rela dengan takdir Allah Ta’ala”.
Inilah penjelasan tentang sabar dari yang dinukilkan (dari ayat, hadits dan atsar). Adapun dari segi pandangan mata ibarat, maka anda tidak dapat memahaminya selain setelah memahami hakikat sabar dan artinya. Karena mengetahui keutamaan dan tingkatannya itu ialah mengetahui sifat. Maka tidak akan berhasil , sebelum mengetahui yang bersifat dengan sifat tertentu. Maka marilah kami lanjutkan menyebutkan hakikatnya dan maknanya, kiranya kita memperoleh taufik dari Allah Ta’ala.

Mensyukuri nikmat Allah swt,memang perkara sulit.Nyatanya manusia hanya sanggup meleburkan diri dalam hakikat bersyukur sesungguhnya beberapa saat setelah mendapatkan nikmat yg telah di anugerahkan-NYA.Maka inilah yg tidak disadari manusia betapa berlimpahnya rizki dan nikmat yg telah Allah berikan pada kita,tapi betapa sedikitnya ungkapan syukur yg kita curahkan kepada-NYA.

Dalam Al Qur'an surat An -Naml;19;''Tuhanku ,anugerahkanlah aku kemampuan untuk mensyukuri nikmat-MU yg telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua ibu bapaku dan untuk mengerjakan amal shaleh yg Engkau ridhoi,dan masukanlah aku dengan rahmat-MU ke dalam hamba hamba -MU yg shaleh''.

Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya menerangkan:''Bahwa kalimat syukur ''alhamdulillah'' menempati tingkatan tertinggi bila di bandingkan dengan kalimat tahlil ''laa ilaaha illallah dan tasbih ''Subhanallah''.Keutamaan kalimat tahmid ini, tidak hanya mengandung pengkudusan trhdp Allah swt,tapi juga memiliki makna pertauhidan yg didalamya berkumpul bekerja dengan sempurna.
Dalam sabda Rasulullah:'' Barang siapa mengatakan ''Subhanallah'' ,ia mendapatkan sepuluh kebaikan.Barang siapa mengatakan 'Laa ilaaha illallah' ia mendapatkan dua puluh kebaikan,Barang siapa mengatakan ''Alhamdulillah'' ia mendapatkan tiga puluh kebaikan.Allah mewahyukan kepada Nabi Daud as:''Kalau engkau telah menyadari bahwa apa yg engkau nikmati bersumber dari-KU,maka engkau telah mensyukuri-KU''. semoga bisa menjadikan renungan bagi kita semua.amin

Sumber:kitab taubat ,sabar,syukur.Imam Al Ghazali

Maulid Nabi 2008

Maulid Nabi 2008
Kegiatan PHBI -IRIS 2008